Pernahkah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan pada saat Ramadhan- ramadhan yang lalu. Apakah detik demi detiknya kita gunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan ibadah. Apakah segala amal kebaikan yang kita lakukan benar-benar ikhlas, benar-benar di lakukan dengan penuh ketundukan dan taat kepada Allah demi mengharap pahala yang berlipat sesuai janji-Nya. Ataukah Ramadhan - ramadhan yang telah kita lalui tak pernah sedikitpun kita gunakan untuk menggapai maghfirah-Nya. Bahkan dengan tenang kita melewatinya, menghamburkan tiap detiknya tanpa memanfaatkan momentum terbaik sepanjang Ramadhan, tak pernah berupaya berbenah diri, karena kita terlalu sibuk dengan urusan dunia dan terlalu mencintainya. Sehingga segala sesuatu yang kita lakukan dan pikirkan selalu berkiblat pada kesenangan dunia semata. Astaghfirullah.......
Kita tak pernah tahu apakah kita dapat menjumpai bulan mulia ini di tahun yang akan datang, atau jangan-jangan ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita.
Kita sadar betapa banyak saudara, sahabat ataupun orang-orang sekitar kita yang pada tahun lalu menikmati kemuliaan Ramadhan bersama kita. Kini tidak dapat menikmatinya lagi lantaran Allah SWT telah memanggil mereka.
Di kesempatan Ramadhan kali ini, mari kita gapai maghfirah dan rahmat Allah sebanyak yang mampu kita lakukan. Semoga kita tidak termasuk golongan yang merugi dengan menyia-nyiakan bulan mulia ini.
Dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda: Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah Allah meliputi kalian di dalam bulan tsb, rahmat di turunkan, dosa - dosa di hapuskan dan doa - doa dikabulkan. Allah melihat kalian semua berlomba - lomba dalam bulan itu, maka Dia merasa bangga terhadap kalian dan para malaikat. Maka perlihatkanlah segala macam kebaikan diri kalian di hadapan Allah, sebab orang yang celaka adalah orang - orang yang terhalang mendapat rahmat Allah pada bulan tsb (HR Ath-Thabrani)
Pesanmu tuk mengatupkan sayap tak tersampaikan
Hasrat itu masih berkepak
Di batas duniamu, hanya di batas
Tak tertarik untuk merengkuhnyakah engkau ?
Setitik cahaya mengendap
Menyelubungi daun kering yang berhenti merintih
Mungkin hangat, mungkinpun telah mati
Tak ingin menjamahnyakah engkau ?
Dulu, kemarin dan menit lalu
Kau tinggalkan satu sentuhan tak berasa
Memaksa langit tuk diam
Di bawahnya, kau lucuti gaun yang lurus
Membentuk lekuk tubuh
Ingatkan, ketika derap langkahmu bergaung
Meninggalkan tubuh telanjang itu
Tanpa berpamitan pada langit yang diam
Atau pada gaun yang lurus
Bumi bergetar lima kali
Di sini langit tetap diam
Meski telah merah
Mungkin marah
Dan tubuh telanjang itu masih elok
Dan aku menyapa Tuhan
Dalam keterasingan sunyi
Ku sudutkan penat dengan menyebut asma - Nya
Dan dirimu jua
Allah Tuhanku
Engkau umiku
Terkenang pada malam - malam dingin
Kau selimuti jiwaku yang menggigil
Dengan alunan sholawat
Memelukku hingga mimpi - mimpi buruk memudar memudar
Engkau umiku
Yang menyengat, peluh mengaliri penatku
Kau berucap, menciptakan langit keteduhan
Engkau umiku
Yang terpisah air udara
Namun tidak jiwa kita
Aku tahu engkau di sana
Engkau berpeluh
Engkau menitikkan air mata
Dan engkau tetap berdoa serta bersholawat
Hidup !
Engkau umiku
Kan kupenuhi harapmu
Aku anakmu yang akan mewarisi lembutmu
Mengikuti gigihmu, atas petunjuk - Nya
Umi .....
Malam begitu sunyi
Aku berharap menyatukan air mata kita
Desah doa kita pada hamparan sajadah
Umi ....
Demi nama Allah
Ku panjatkan pinta
Agar kita cepat bersua
Ragaku tertidur pulas
Di atas pangkuan gemericik gerimis
Pelan ...
Mengalir ...
Genangnya membanjiri diamku
Dan tubuhku tetap pulas
Atau mungkin, takkan menciptakan aroma lagi
Namun, anganku terbang
Menembus lembar violet
Kala itu, engkau merunduk memohon setiaku
Atas asa yang luput dari luputku
Engkau tersedu, ketika gaunku tetap
Berkibar dalam sapaan bayu yang berputar - putar
Masa itu
Engkau mempersembahi aku tahta dan putih mahkota
Yang entah, berdengung ... memohon ...
Engkau tetap hujam tatapku yang juga menghujam tekatmu
Perlahan, kau berpeluh saat aku tersenyum dan berpaling
Violet pudar, berganti diriku
Berdiri menghadap awan yang berarak
Satu - satu
Mencarimu yang mungkin berlutut di sana
Atau mengajariku bersujud
Satu, tujuh, sembilan ...
Hingga masa lupa tak terhitung
Jiwaku kalut demi engkau yang terbujur
Sebelum mampu bersujud
Siapakah yang tidak tahu ?
Jagad ini tak bersudut
Tersekap oleh lorong - lorong dan berserak mantra - mantra
Sosok gelap berdiri di celah remang
Bergumam pada secercah sinar
Diam
Redup
"Tempatku bersudut, dipenuhi diriku yang tersudut"
Dibelakangnya teronggok bangunan indah
Kata orang, tetap tak seindah dirinya !
Tapi kata mrk pula, butuh waktu utk memastikan itu
"Ah, mungkin mata mereka tidak pada tempatnya "
Sosok gelap itu memicingkan mata
Bergumam
Lagi
"mereka berusaha memahamiku, mengapa tak bertanya padaku ?"